Astronomi Masa Kini

Perkembangan Astronomi Pada Masa Sekarang

OPINI | 31 December 2012 | 01:57 Dibaca: 1091    Komentar: 0    0

(Makalah saat semester 3 pada mata kuliah Astronomi II)
A. Pendahuluan
Astronomi yang secara etimologi berarti ilmu bintang, adalah ilmu yang melibatkan pengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar bumi dan atmosfernya. Ilmu ini mempelajari asal-usul, evolusi, sifat fisik dan kimiawi benda-benda yang bisa dilihat di langit (dan di luar bumi), serta proses yang melibatkan mereka.
Astronomi adalah salah satu di antara sedikit ilmu pengetahuan dimana amatir masih memerankan peran aktif, khususnya dalam hal penemuan dan pengamatan fenomena sementara. Astronomi jangan disamakan dengan astrologi, ilmu semu yang mengasumsikan bahwa takdir manusia dapat dikaitkan dengan letak benda-benda astronomis di langit. Meskipun memiliki asal-muasal yang sama, kedua bidang ini sangat berbeda, astronom menggunakan metode ilmiah sedangkan astrolog tidak.
B. Pembahasan
1. Sejarah Singkat Astronomi
Pada bagian awal sejarahnya, astronomi hanya memerlukan pengamatan dan ramalan gerakan benda-benda langit yang bisa dilihat dengan mata telanjang. Yunani kuno memberikan sumbangsih penting bagi Astronomi, di antaranya definisi dari system magnitude, Alkitab berisi sejumlah pertanyaan atas posisi bumi di alam semesta serta sifat bintang dan planet. Pada tahun 500 M, Aryabhata memberikan sistem matematis yang menyatakan bumi berputar pada porosnya dan memperhitungkan gerakan planet ke matahari.
Sejalan dengan pertumbuhan peradaban manusia yang kehidupannya tak lepas dari berbagai fenomena alam, seiring itu pula perkembangan dunia astronomi. Astronomi mulai tumbuh saat adanya kebutuhan untuk metode menentukan arah dan bantuan navigasi ketika kapal layar menjelajah laut. Bangsa Mesir telah dengan cermat mengamati matahari selama ratusan tahun. Mereka menghitung jumlah matahari terbit dan terbenam dari satu musim panas ke musim panas berikutnya, dan menemukan matahari terbit dan terbenam sebanyak 365 kali dalam satuan yang kemudian kita namai satu tahun.
Orang zaman Purba di berbagai belahan dunia, seperti Cina dan Mesopotamia, juga telah mengamati bintang berabad-abad lamanya. Dimulai dari pengamatan sederhana terhadap berbagai benda langit, astronomi berkembang ke dalam sains yang mempelajari gerak, lokasi serta hakikat fisik semua benda langit.
2. Penemuan-Penemuan Astronomi
a. Kehidupan di Mars
Planet merah (Mars) merupakan planet yang mendapat konsentrasi penuh dari para astronom. Bahkan mereka sampai membuat sebuah robot yang mampu menelusuri daratan Mars. Nasa phoenix berhasil mendarat di Mars pada bulan Mei 2008 lalu. Dari sini diketahui bahwa planet Mars mampu dihidupi oleh manusia karena terdapat sumber air di dalamnya.
b. Dark Energy
Prosesi berevolusinya alam semesta pada orbitnya akan menimbulkan kekuatan super energi yang maha dahsyat, baik bagi bumi maupun benda-benda langit lainnya. Energi tersembunyi tersebut telah memutari bumi, matahari, planet dan galaksi.[1] Energy atau kekuatan misterius yang biasa disebut sebagai energi kegelapan ini telah ditemukan sekitar 12 tahun lalu. Ilmuwan terus berusaha untuk mencaritahu mengenai dark energy ini.
c. Black Hole[2]
Black Hole merupakan bentuk ketebalan yang akan mencengkeram apapun yang ada di jagat raya, termasuk cahaya. Meskipun bentuknya tidak terlihat, namun para astronom yakin bahwa hal tersebut merupakan sebuah objek besar yang mendekati bumi. Ukuran black hole ini diprediksi semakin membesar dengan berat 3,8 kali lebih besar dari matahari serta berdiameter 15 mil. Sebuah simulasi menunjukkan bahwa ketika dua black hole saling bersatu, energy yang dihasilkan akan membuat black hole lainnya terbentuk di luar galaksi.
d. Penemuan planet terbaru
Para astronom melaporkan ditemukannya planet yang mungkin paling mirip dengan bumi di sekitar tata surya. Planet itu lebih besar daripada bumi, namun dengan teknik yang digunakan oleh para astronom, teridentifikasi lebih banyak planet yang besarnya hampir sama dengan bumi.[3] 73 ilmuwan yang mengidentifikasi planet mirip bumi tersebut memperkirakan bahwa besarnya hanya lima setengah kali bumi, dan letaknya jauh dari bintang dibandingkan dengan planet-planet lain yaitu dua setengah kali jarak bumi dari matahari.[4]
3. Peranan Astronomi dalam Islam
Berawal dari masa kejayaan Islam, astronomi merupakan salah satu ilmu yang berkembang pesat bahkan mendapat tempat istimewa di kalangan para ilmuwan muslim, hal ini disebabkan adanya kaitan langsung antara astronomi dan ajaran Islam. Dalam al-Qur’an banyak ayat yang mendorong seorang muslim untuk mengamati dan meneliti tentang alam semesta. Hal itu diantaranya pergantian fase bulan, bentuk bumi, aturan penanggalan dan lain-lain.[5]
Astronomi, kaitannya dengan ilmu falak adalah ilmu yang mempelajari tentang tata lintas pergerakan benda-benda angkasa khususnya bulan, bumi dan matahari secara sistematis dan ilmiah, untuk kepentingan manusia. Berdasar hal tersebut, peranan astronomi dalam dunia Islam, melalui ilmu falak antara lain diaplikasikan pada penentuan waktu shalat, arah kiblat, awal bulan Qamariyah dan terjadinya gerhana.
C. Astronomi di Indonesia
Sejarah telah mencatat, geliat penerapan astronomi di kepulauan Nusantara telah ada sejak beberapa abad silam. Penanggalan kalender Jawa, penentuan musim hujan, kemarau, panen, dan ritual kepercayaan lain yang menggunakan peredaran gerak benda langit sebagai acuan.[6] Bahkan, mengutip sebuah lagu “nenek moyangku seorang pelaut”, mereka pun mahir menggunakan rasi-rasi bintang sebagai penunjuk arah.
Zaman beranjak ke masa kerajaan Hindu-Budha, dimana candi-candi dibangun berdasarkan letak astronomis. Candi-candi di daerah Jawa Tengah dibangun dengan menghadap ke arah terbitnya Matahari, timur. Sedangkan bangunan candi di Jawa Timur, menghadap ke barat, dimana Matahari terbenam.
Meski begitu, ada sedikit perbedaan dengan candi kebesaran rakyat Indonesia, Candi Borobudur, yang dibangun menghadap ke arah utara-selatan tepat pada sumbu rotasi Bumi. Gunadharma, yang membangun Candi Borobudur memakai patokan bintang Polaris yang pada masa dinasti Syailendra masih terlihat dari Pulau Jawa.
Mulai abad ke 18, perjalanan Astronomi Indonesia telah beranjak ke arah yang lebih empiris. Pada masa itu, masyarakat dunia belum tahu jarak Bumi-Matahari. Halley, yang telah menemukan cara untuk menentukan paralaks Matahari, membutuhkan pengamatan di tempat yang berbeda-beda. Dengan menggunakan hukum Kepler, ia telah menghitung akan terjadinya transit Venus pada tahun 1761 dan 1769.
Dan pengamatan fenomenal itu dilakukan di Batavia (Jakarta), di sebuah Planetarium pribadi milik John Mauritz Mohr, seorang pendeta Belanda kelahiran Jerman. Selain Mohr, Astronom Perancis De Bougainvile juga melakukan pengamatan transit Venus pada tahun 1769. Dari hasil pengamatan diperoleh gambaran transit Venus yang kemudian dipublikasikan dalam Philosophical Transaction.
Tahun 1920, berdirilah Nederlandch Indische Sterrenkundige Vereeniging (Perhimpunan Ilmu Astronomi Hindia Belanda) yang dipelopori oleh Karel Alber Rudolf Bosscha. Yang mencetuskan didirikannya sebuah observatorium untuk memajukan ilmu astronomi di Hindia Belanda. Butuh usaha yang tidak mudah untuk mendirikan observatorium yang sekarang terletak di daerah Lembang, arah utara Kota Bandung itu.
Mulai dari penelitian lokasi yang tepat untuk pengamatan, hingga perjalanan teleskop “Meredian Circle” dan “Carl Zeiss Jena”. Pembangunan Observatorium dimulai pada tahun 1922 di atas tanah pemberian kakak beradik “Ursone” seluas 6 hektar. Hingga akhirnya teleskop besar Zeiss mulai berfungsi pada tahun 1928. Beberapa bulan setelah instalasi teleskop, K.A.R. Bosscha[7] meninggal, dan observatorium itu dinamai Observatorium Bosscha.
Kini, di usianya yang mulai senja, Observatorium Bosscha telah menorehkan banyak catatan ke-astronomian. Sebagai contoh, penemuan planetary nebula di daerah langit selatan, 50% ditemukan di observatorium milik Indonesia ini. Ditambah dengan pengamatan-pengamatan lain seperti gerhana Matahari total pada tahun 1930, dimana Einstein duduk dalam komitenya untuk membuktikan Teori Relativitas Umum Einstein. Dan keikutsertaan Observatorium Bosscha dalam pendidikan ilmu pengetahuan alam, dengan mengadakan jurusan Astonomi di ITB pada tahun 1959.
Pendidikan Astronomi di Indonesia secara formal dilakukan di Departemen Astronomi, Institut Teknologi Bandung. Departemen Astronomi berada dalam lingkungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan secara langsung terkait dengan penelitian dan pengamatan di Observatorium Bosscha. Lembaga Negara yang terlibat secara aktif dalam perkembangan astronomi di Indonesia adalah Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
Terdapat lima buah teleskop besar di Observatorium Bosscha yakni: Teleskop Refraktor Ganda Zeiss, Teleskop Schmidt Bima Sakti, Teleskop Refraktor Bamberg, Teleskop Cassegrain GOTO, dan Teleskop Refraktor Unitron. Kelima teleskop ini memiliki kelebihan masing-masing.
Selain pendidikan formal, terdapat wadah informal penggemar astronomi, seperti Himpunan Astronomi Amatir Jakarta, serta tersedianya planetarium di Taman Ismail Marzuki Jakarta yang selalu ramai dikunjungi.
Perkembangan astronomi Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat dan mendapat pengakuan di tingkat Internasional, seiring dengan semakin banyaknya pakar astronomi asal Indonesia yang terlibat dalam kegiatan astronomi di seluruh dunia, serta banyaknya siswa SMU yang memenangkan Olimpiade astronomi Internasional maupun Olimpiade Astronomi Asia Pasifik.[8]
Ilmu Falak pada Perkembangan Baru di Indonesia
Dimulai dengan adanya kitab-kitab ilmu Falak yang menggunakan kaidah segitiga bola, ilmu Falak di Indonesia pun semakin berkembang melalui kitab-kitab lainnya yang diantaranya memuat perhitungan penanggalan secara ‘urfi dan perbandingan tarikh serta memuat perhitungan awal bulan yang mencakup ijtima’, irtifa’ hilal, manzilah qamar, azimuth qamar dan nurul hilal.
Pada perkembangan masa lanjut, ilmu falak diaplikasikan dengan adanya almanac nautika serta perhitungan praktis dengan komputer dan semacamnya.[9] Dengan demikian yang namanya keilmuan tidak ada kemandegan. Teori-teori baru akan berdatangan dan teori lama yang mungkin saat ini dinyatakan sebagai teori yang terbaik, bisa jadi di hari kemudian aka nada teori yang lebih logis dan dipercaya.
D. Penutup
Perkembangan astronomi ditandai atau seiring dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi yang dialami manusia. Diawali dengan hanya penerjemahan kitab-kitab astronomi berbahasa asing, yang kemudian berlanjut pada pengamatan dan penelitian yang dilakukan oleh para ahli sehingga menghasilkan sesuatu yang menjadi rujukan atau sumber ilmu hingga saat ini.
Meski demikian, keingintahuan manusia tak terhenti sampai pada rujukan-rujukan tersebut saja, namun mereka lebih pada keinginan untuk memperoleh lebih banyak ilmu dan misteri yang terkuak, sehingga perkembangan ilmu astronomi pun sangat pesat hingga saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
· Khazin, Muhyiddin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik Yogyakarta: Buana Pustaka, 2008.
· MT, Dyayadi, Alam Semesta Bertawaf; Keajaiban Sains dalam Al-Qur’an,Yogyakarta: Lingkaran, 2008.
· Ramdan, Anton, Islam dan Astronomi, Jakarta: Bee Media Indonesia2009.
· Tjasyono, Bayong, Ilmu Kebumian dan Antariksa, Bandung: Remaja Rosdakarya,2006.
· http://isnet.org/t djamal/category/sains-atmosfer-dan-lingkungan/
· http://www.articlesbase.com/publishing-articles/penemuan-planet-terbaru-288202.html#ixzz16RwAVlrt

[1] M.T. Dyayadi,  Alam Semesta Bertawaf, Keajaiban Sains dalam Al-Qur’an,Yogyakarta : Lingkaran, 2008, Hlm. 211-212.
[2] Didefinisikan pula sebagai daerah di sekeliling bintang yang telah runtuh. Gravitasinya sedemikian kuat sehingga tidak ada sesuatupun yang dapat lolos, termasuk cahaya sekalipun. Tetapi benda-benda dapat terhisap masuk. Jika ledakan besar menandai asal mula alam semesta, lubang-lubang hitam yang jauh lebih kecil mungkin terbentuk dalam keadaan tekanan dan kerapatan tinggi yang mengikutinya.
[3] Sejak pertengahan tahun 1990an, para ahli astronomi telah menemukan lebih dari 170 planet yang mengorbit bintang-bintang di luar tata surya kita. Tetapi planet terbaru yang ditemukan di pusat bimasakti kita ini berbeda, dan membuat para pakar yakin bahwa mungkin banyak bumi lain di luar sana.
[4]Selengkapnya lihat http://www.articlesbase.com/publishing-articles/penemuan-planet-terbaru 288202.html#ixzz16RwAVlrt
[5] Anton Ramdan. Islam dan Astronomi. Jakarta: Bee Media Indonesia2009Hlm. 30.
[6] Seperti kebudayaan lain di dunia, masyarakat asli Indonesia sudah sejak lama menaruh perhatian pada langit. Pengetahuan yang terbatas membuat mayoritas pengamatan digunakan untuk kepentingan astrologi. Pada tingkatan praktis, pengamatan langit dilakukan untuk pertanian dan pelayaran. Dalam masyarakat Jawa misalnya dikenal pranatamangsa, yaitu peramalan musim berdasarkan gejala-gejala alam dan umumnya berhubungan dengan tata letak bintang di langit.
[7] Bernama lengkap Karel Albert Rudolf Bosscha, seorang pengusaha perkebunan the di daerah Malabar. Ia menempatkan beberapa teleskop besar di Lembang, Jawa Barat sebagai cikal bakal observatorium Bosscha.
[8] Selengkapnya baca pada http://isnet.org/t djamal/category/sains-atmosfer-dan-lingkungan/
[9] Selengkapnya lihat Muhyiddin Khazin. Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta: Buana Pustaka, 2008, Hlm. 31-37.

dikopi dari : http://edukasi.kompasiana.com/2012/12/31/perkembangan-astronomi-pada-masa-sekarang-515169.html

0 komentar: